Our Program

Dalam rangka penyadaran masyarakat terhadap bahayanya sampah sisa makanan (food waste) tim Bandung Food Smartcity melakukan beberapa program yang sudah dan sedang dijalankan guna terus memberikan penyadaran terhadap masyarakat.

Food Racing

Kampanye melalui games yang kami beri nama “Food Racing” ini dilakukan ke beberapa sekolah di kota Bandung yaitu : SMAK BPPK, SMP N 2 Bandung dan SMA Trinitas dengan jumalah audiens rata-rata melebihi 300 anak.

Peserta Games SMA Trinitas Bandung

Permainan ini pertujuan memberikan penyadaran terhadap kaum muda (kaum milenial) bahwa belanja makanan itu harus bijak dan memberikan penyadaran juga bahwa makanan yang tersisa di piring atau minuman yang tersisa di gelas minuman kalian itu berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan bahkan berdampak buruk bagi bumi.

Pos dalam permainan “food racing”

Permainan ini terdiri dari beberapa pos yang setiap posnya memiliki fungsi yang berbeda-beda dan akan di bantu oleh mentor pada setiap.

Evaluasi permainan dan campaign

Setelah permainan berakhir peserta di ajak berkumpul dan tim melakukan campign serta bertanya pebdapat peserta apa yang mereka rasakan setelah bermain “food racing”. Peserta mulai sadar ternyata gaya hidup yang dijalankan selama ini salah dan mulai berkomitmen untuk merubah gaya hidup yang sebelumnya food waste menjadi anti food waste.

Food Sharing

Bandung Sebagai Ibu Kota Jawa Barat, sangat bergantung kepada stok pangan yang di impor dari luar daerah sebanyak 90%. Namun hal tersebut kontraproduktif bila melihat data dari Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan timbulnya sampah Kota Bandung rata-rata mencapai 1.477 ton perharinya. Dari jumlah sampah tersebut, sebagian besar merupakan sampah organik atau bersumber dari pangan. Sampah organik sebesar 63% atau sekitar 930 ton.

Kota Bandung sebagai kota jasa, kota kuliner yang bergantung pada sektor pariwisata dan makanan sebagai pendapatan asli daerahnya. Kota Bandung sangat berdampak ketika sektor tersebut harus tutup atau membatasi jumlah pengunjungnya di masa pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung disumbang oleh UMKM sebesar 60% . Pada masa pandemi ketahanan pangan sangat penting untuk membantu masyarakat yang terdampak baik disektor kesehatan maupun di sektor ekonomi. Masyarakat dapat saling membantu dengan berbagi makanan, mendonasikan sebagian uangnya untuk dikonversikan menjadi makanan, sekaligus membantu UMKM disektor makanan dengan membeli produknya, guna meningkatkan kembali roda perekonomian.

Melihat kondisi seperti ini maka tim Bandung Food Smartcity bekerjasama denga pemerintah kota Bandung dan Forum Badami hadir memberikan solusi yaitu Badami berbagi mencoba membangkitkan rasa gotong royong warga di masa pandemi ini, dimana banyak orang yang membutuhkan uluran tangan tetapi banyak pula yang ingin menawarkan bantuan.Badami berbagi sebagai sebuah platform digital yang menghubungkan masyarakat yang ingin menyalurkan donasinya kepada masyarakat yang membutuhkan, selain itu di dalamnya terdapat bandung smart food sebagai marketplace untuk produk pangan, pasar tradisional dan UMKM di sektor makanan. Solusi Digital bukan lagi kebutuhan melainkan keharusan, mentransformasi sebuah budaya baru di adaptasi kebiasaan baru karena kita belum tahu kapan pandemi ini dapat berakhir.

Badami Food Rescue adalah gerakan upaya penyelamatan surplus makanan, waste makanan dan donasi fresh makanan yang dihasilkan oleh rumah tangga, restoran, hotel, cafe, bakery, catering dan industri makanan lainnya. Untuk disalurkan ke pada orang lain yang membutuhkan dan mengurangi jumlah sampah makanan dari skala yang paling kecil/individu dengan bantuan aplikasi dan kampanye secara massif.

Aplikasi food sharing ini masih dalam masa pembuatan dan uji coba sampai nanti akan siap di launching dalam waktu dekat.

Urban Farming

Keterbatasan lahan di perkotaan membuat ruang terbuka hijau dan lahan produktif untuk menanam menjadi terbatas. Tak jarang kondisi ini membuat wilayah perkotaan sangat bergantung pada wilayah pedesaan dalam suplai bahan makanan. Urban farming atau pertanian kota sebagai salah satu solusi yang potensial untuk dikembangkan pada saat ini.

Dari sudut pandang potensi, pemanfaatan lahan, baik lahan tidur, ruang terbuka hijau, pemanfaatan lahan pekarangan sangat potensial untuk dilakukan dalam bentuk pot atau lahan kecil yang tersedia. Selain itu, program Kangpisman (kurangi, pisahkan, manfaatkan) yang digiatkan Pemerintah Kota Bandung dapat digunakan sebagai pendekatan bisnis urban farming. Mengingat lokasi berdekatan dengan tempat tinggal, maka waktu luang dapat dimanfaatkan untuk mengelola urban farming dengan baik.

Pembangunan berkelanjutan

Konsep urban farming juga sejalan dengan SDGs 2030, yakni pada poin (1) Tanpa Kemiskinan, (2) Tanpa Kelaparan, (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera, (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, (9) Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, (10) Berkurangnya Kesenjangan, (11) Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, (13) Penanganan Perubahan Iklim, dan (15) Ekosistem Daratan. Titik berat program ini terletak pada circular economy, di mana sejalan dengan poin (12), yakni konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Kegiatan ini memiliki tujuan :

  • Menyokong ketahanan pangan keluarga karena masyarakat dapat menyediakan sebagian pangan bergizinya sendiri, mudah dijangkau dan indah.
  • Menyokong ekosistem pangan lokal dan ekonomi masyarakat.
  • Meningkatkan pemasukan masukan masyarakat sekitar dengan program Urban Farming
  • Trauma healing, melatih kepekaan rasa dan menguatkan interaksi sosial.
  • Menghargai proses sehingga tidak mudah menyisakan makanan.
  • Menciptakan agen perubahan dan lapangan kerja.
  • Memenuhi tujuan ke 12 SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu, mereduksi sisa makanan dan memastikan bahwa setiap orang sadar gaya hidup yang berkelanjutan secara harmonis dengan alam.